Narasi Misteri – Misteri Rumah Nomor 13
Eirene Kumala Dewi
Pernahkah mendengar bahwa rumah nomor 13 adalah bangunan yang horor atau angker? Jika pernah, kemungkinan berapa persen ungkapan itu adalah benar? Inilah kisahku. Kisah masa kecil tinggal di rumah nomor tiga belas yang berhantu.
Bagi sebagian orang, kisah masa kecil sangat indah. Namun, bagaimana kalau sepertiku? Awal mulanya aku melihat makhluk gaib saat usia lima tahun. Malam itu, aku yang masih kecil dimarahi oleh Ayah karena berkelahi dengan Adik. Karena marah dan kesal, aku duduk di tangga arah ke lantai dua sambil menangis. Beberapa saat kemudian, ada sesosok di belakangku yang akan turun dari tangga. Aku menoleh ke arah belakang. Saat itu, kukira sosok itu adalah Ibuku.
Beberapa detik aku menatap sosok yang ada di belakangku. Rambut panjang, daster putih lusuh agak cokelat muda (seperti terkena tanah), dan yang membuatku terkejut adalah kaki dari sosok itu tidak menapak tangga. Sontak aku menoleh saat suara Ibuku memanggil. Ternyata Ibuku berada di dapur. Beliau memanggil karena masakan sudah matang dan memintaku untuk makan. Lantas, siapa yang di belakangku? Saat melihat ke belakang, sosok itu sudah menghilang. Dahulu aku tidak mengerti jika sosok itu adalah hantu yang kerap disebut kuntilanak. Itulah awal mula aku melihat sosok gaib dan mulai banyak teroro menghantui di rumah nomor tiga belas.
Pengalaman mengerikan yang kedua di rumah nomor tiga belas adalah saat usia enam tahun, aku terbangun dari tidur tengah malam karena ingin buang air kecil. Aku sekeluarga tidur di lantai dua karena lantai bawah untuk ruang tamu, dapur, dan kamar mandi saja. Saat itu kukira Ibuku sedang mencuci baju karena terdengar suara orang mencuci. Gesekan antara baju dengan sikat cucian itu terdengar nyaring. Aku tidak menengok ke arah Ibuku tidur karena memang masih mengantuk, langsung turun lewat tangga untuk ke kamar mandi.
Setelah sampai di depan pintu kamar mandi, aku sangat terkejut karena tak ada siapa pun di dalam kamar mandi. Hanya ada bekas busa sabun di lantai dan air dalam bak mandi bergerak seakan baru saja dipakai. Aku merinding seketika. Segera aku buang air kecil karena takut dimarahi Ibu jika mengompol lagi. Setelah itu, aku kembali ke atas untuk tidur. Benar saja, Ibu, Ayah, kedua Kakak, dan Adik ada di kamar terlelap. Berarti, siapakah yang mencuci pakaian?
Pengalaman mengerikan yang ketiga di rumah nomor tiga belas yang tak akan pernah aku lupakan adalah saat aku kelas dua SD. Malam itu, aku merasakan demam karena tak enak badan. Aku mengigil dan mengigau. Saat itu, Ibuku menemani dan menjagaku hingga terlelap.
Malam harinya, sekitar pukul satu dini hari, aku terbangun. Ibuku terlihat tidur lelap karena lelah mengasuh aku dan ketiga saudaraku. Aku saat itu melihat sosok seperti yang kulihat waktu umur lima tahu. Ya, sosok kuntilanak itu berada di sampingku, melayang.
Aku sangat ketakutan hingga tubuhku tak bisa bergerak. Baru kali ini aku merasakan yang orang Jawa bilang “tindihen” atau kondisi di mana tubuh tak bisa bergerak meski sudah terjaga dari tidur. Orang-orang bilang itu hanya sleeping paralyzed yang bisa dijelaskan dengan ilmu medis. Namun, yang kurasakan sangat berbeda. Ketakutan itu terasa nyata. Sosok kuntilanak sangat menakutkan meski wajahnya tertutup rambut yang panjang, tetap saja diriku setengah mati ketakutan.
Hampir dua menit aku tak bisa bergerak. Hingga akhirnya aku berdoa dalam hati karena ingat yang Ayah bilang untuk tidak takut terhadap makhluk gaib bentuk apa pun. Seketika, makhluk itu tertawa melengking dan menghilang saat menembus dinding rumah. Aku akhirnya bisa bergerak. Tangis pun tak bisa kutahan hingga membuat Ibu terbangun.
“Kenapa, Nak? Badan masih sakit, ya? Sini minum dulu,” ucap Ibuku yang langsung panik dan mengambil botol minum karena aku terlihat pucat dan masih demam.
Malam itu, aku tidak berani cerita kepada siapa pun soal pengalaman yang mengerikan itu. Namun, hal itu menghantuiku sampai kini. Aku sangat trauma dengan wujud makhluk gaib itu. Sangat takut meski hanya lihat di televisi pun tak berani.
Setelah dewasa, aku baru tahu sejarah rumah nomor tiga belas ini. Dahulu, sebelum Ibu dan Ayahku membeli tanah kosong ini, tanah ini bekas pemandian umum yang memiliki mata air. Konon, di sini memang ada penunggu yaitu Kuntilanak, Wewe Gombel, dan Genderuwo. Setelah dibangun rumah nomor tiga belas ini, banyak orang yang bilang sering melihat sosok Genderuwo di depan rumah. Tepatnya di bawah pohon kresen saat tengah malam.
Beberapa tetangga juga mengatakan pernah melihat sosok Kuntilanak di atas rumah, duduk di sana. Hiii menakutkan, bukan? Bahkan, saat aku masih SD, pernah Ayah dan Ibuku melihat jarik dan popok besar dijemur di jemuran pakaian depan rumah waktu malam hari. Saat hendak dilihat, jarik dan juga popok besar itu menghilang. Orang tuaku mengira itu milik Wewe Gombel.
Demikian pengalaman terseram aku di rumah nomor tiga belas yang sampai saat ini menjadi tempat tinggalku. Ini narasi misteriku, mana kisahmu?
***
Bionarasi
Penulis adalah seorang single mom usia dua puluh delalan tahun yang mengasuh seorang putri cantik berusia dua setengah tahun. Lahir dan tinggal di Magelang membuat penulis bangga dengan Kota Sejuta Bunga. Mulai serius dengan hobi menulis awal tahun 2020 ini. Tertantang dalam event Narasi Misteri ARTOS karena informasi dari adik. Karya penulis bisa ditemukan dengan nama pena Rens09.