Musik Phawak Ajak Penonton Berimajinasi ke Alam Liar

klik gambar  dibawah untuk video

web3

Magelang (18/07). Group musik Phawak mengadakan city tour dan kembali menyapa Artos Mall magelang sejak tanggal 17 hingga 22 Juli mendatang. Selama pameran Good Book Good Food, atrium Artos Mall diramaikan oleh musik dengan daya magis mendayu, irama dari alat musik tradisional dengan hentakan yang tidak lazim di telinga masyarakat Magelang. Barangkali Phawak masih terdengar asing ditelinga masyarakat Magelang meskipun ia sudah dua kali tampil di Artos Mall. “Ini merupakan ketiga kalinya saya tampil di sini. Saya mulai main di Artos Mall sekitar lima tahun yang lalu”, ungkap salah satu pemain Phawak, Lobito, saat ditemui di Atrium Artos Mall pada hari Rabu (18/7). Phawak terdiri dari dua personil, yaitu Lobito dan Puri. Lobito adalah pria berkebangsaan asal Bolivia yang keliling dunia ke 50 negara hingga akhirnya menetap di Indonesia. Sedangkan Puri (vokalis Phawak) adalah wanita asal Malang yang kemudian dinikahi oleh Lobito.
Tujuan utama Phawak adalah ingin mengenalkan musik asli suku bangsa di Amerika (Native American Music) kepada masyarakat Indonesia. Karena itu Phawak sering sekali mengadakan pertunjukan di beberapa daerah di Indonesia. “Saya sudah pernah tampil di beberapa kota, seperti Medan, Batam, Bali, Makassar, Samarinda, Banjarmasin, Balikpapan, Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Umumnya saya main di Mall karena banyak orang berkumpul dari berbagai kalangan di sana”, imbuh Lobito

web2
Dalam memainkan musik-musik asli Amerika, Phawak menggubah atau mengaransemen musik-musik asli suku bangsa Amerika dengan memberikan sedikit sentuhan agar lebih mudah diterima publik Indonesia. Pada setiap penampilannya, musik tersebut diiringi oleh tari-tarian lengkap dengan atribut seperti pakaian Indian dan hiasan kepala yang dikenal dengan sebutan War Bonnet.
Musik Phawak sendiri sebenarnya kaya akan makna dan penuh dengan bunyi-bunyian alam “Melalui musik itu, kami ingin menyampaikan pesan tentang kecintaan pada tanah air tempat kami tumbuh, kecintaan pada alam seisinya dan tentu saja pesan-pesan tentang cinta, bukan cinta terhadap sesama manusia, namun cinta yang lebih universal. Sebagai manusia, kita wajib mencintai seluruh makhluk yang ada di bumi”, cerita Lobito.

Salah satu penonton, Farchan Noor R, mengaku terpukau dengan penampilan Phawak. Menurutnya, musik Phawak bisa membawa imajinasinya ke alam liar Indian. “Banyak suara alam dalam musik Phawak, seperti suara elang, desir angin dan air. Saya terbuai dengan irama sehingga tanpa sadar bisa bergoyang-goyang sendiri”, ungkapnya.
Imbuh Farhan, bagi penonoton yang masih tetap ingin tidak perlu khawatir karena dijual kaset CD asli musik Phawak. “Karena saya suka dengan musiknya, saya memutukan membeli kaset itu. Harganya cukup terjangkau, hanya 100ribu rupiah saja”, pungkasnya.