Penderita Lupus Naik Dua Kali Lipat

1 (3)

Relawan Lupus Indonesia (ReLI) mengadakan seminar dan talkshow bertema “Lupus: Atasi dan Kenali”. Acara tersebut digelar di Atrium Artos Mall pada hari Sabtu (30/6) lalu.

 
Acara ini merupakan rangkaian dari peringatan Hari Lupus Dunia yang jatuh pada tanggal 10 Mei 2018. “Dalam peringatan kali ini kami menitikberatkan pada upaya peningkatan kesadaran masyarakat umum akan penyakit Lupus,” kata Ketua Relawan Lupus Indonesia, Alfred Zakaria.
2
Menurut perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Dr. Dwi Susetyo SKM. M.Kes, World Helath Organization telah mencatat jumlah penderita lupus sudah mencapai lima juta orang. Sedangkan menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online 2016, terdapat 2.166 penderita yang didiagnosis penyakit lupus.
“Angka tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2014 yang berjumlah 1.169 penderita”, ungkapnya dalam pembukaan acara.
Dihadiri lebih dari 100 peserta, pembicara seminar ini adalah dokter spesialis Reumatologi RST Magelang, Dr. Dwi Budi Darmawati Sp.PD-KR. Dalam seminar itu diterangkan gejala umum dan cara mengatasinya agar masyarakat umum, khususnya pengunjung Artos Mall.
Menurut penjelasannya, penyakit lupus berasal dari diri seseorang dan tidak menular. penyebabnya adalah faktor genetik dan juga hormonal.  “Penyakit Lupus merupakan penyakit kronis atau menahun yang membuat tubuh menjadi “overacting” terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri,” jelasnya.

Penyakit itu, lanjut dia, dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia.

“Dengan demikian, Lupus disebut sebagai “autoimmune disease”, yaitu penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan. Dalam ilmu imunologi atau ilmu kekebalan tubuh, penyakit Lupus adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. ,” kata Dwi Budi.

Namun pada kenyataannya, penyakit Lupus belum dianggap sebagai suatu masalah kesehatan yang besar, baik oleh masyarakat, para tenaga medis, maupun pemerintah di Indonesia. Jika dibandingkan penyakit lain, penyakit ini memang tergolong rendah.

“Oleh karena itu, kami ingin menekankan pentingnya kesadaran terhadap penyakit ini. Pendeteksian dan pengobatan secara dini akan membantu menekan dampak buruk dari Lupus,” lanjutnya.

Bagaimanapun juga, lanjutnya, Lupus seringkali sulit untuk didiagnosa karena gejalanya yang mirip dengan penyakit umum lainnya sehingga peningkatan sosialisasi tentang penyakit Lupus sangat diperlukan guna membantu menyelamatkan banyak nyawa.